Terima Kasih, Anda sudah mengunjungi blog Pecinta Rasulullah SAW, semoga Allah selalu Menanamkan Rasa Cinta dan Rindu kepada Allah SWT dan Sayyidina Muhammad SAW kepada Diri kita Hingga kita Wafat dalam Khusnul Khotimah AAMIIN.........
kritik dan saran : mufe.majelis@gmail.com_____Alamat lengkap Majelis Rasulullah SAW: jl. Cikoko Barat V, RT 03/05, NO 66, Kelurahan Cikoko, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan (12770),

Selasa, 22 Februari 2011

Keutamaan Dzikir Kepada Allah SWT

Keutamaan Dzikir Kepada Allah SWT
Senin, 14 Februari 2011



Image قَالَ رَسُوْلُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، وَأَنَا مَعَهُ، إِذَا ذَكَرَنِي، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ، ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي، وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ، ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ، بِشِبْرٍ، تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا، تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا، وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي، أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً. (صحيح البخاري) وَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى أَنَا مَعَ عَبْدِي حَيْثُمَا ذَكَرَنِي وَتَحَرَّكَتْ بِي شَفَتَاهُ (صحيح البخاري)
Sabda Rasulullah SAW: “Dia Allah berfirman: “Aku bersama prasangka hambaKu, dan Aku Bersamanya ketika ia mengingatKu, jika ia mengingat/menyebutku dalam kesendirian, maka Aku Mengingatnya dalam DzatKu, jika ia mengingatKu, ditempat yang ramai, maka Aku mengingatnya ditempat yang lebih ramai (para malaikat2 suci) (Shahih Bukhari)
Dan berkata Abu Hurairah ra, dari Nabi SAW, Allah SWT berfirman: “Aku bersama hambaKu, saat hambaKu mengingatku dan bergerak bibirnya menyebut namaKu” (Shahih Bukhari)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Memuliakan hamba-hamba-Nya dengan berbagai macam bentuk keluhuran, beribu amal perbuatan, beribu niat dan segala sesuatu yang diperbuat oleh hamba-hamba-Nya, yang kesemua itu bisa Allah subhanahu wata’ala jadikan perantara untuk menuju kepada keridhaan-Nya namun penyambungnya adalah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, seluruh rantai terputus kecuali dengan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, bersambunglah para rasul kepada Allah maka bersambung pula seluruh ummat ini kepada Allah dengan perantara nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Allah subhanahu wata’ala Maha Raja langit dan bumi, Maha Penguasa Tunggal dan Abadi, Maha melimpahkan kesejahteraan sepanjang waktu dan zaman, tanpa peduli Dia melimpahkan apa yang dikehendaki-Nya kepada hamba-hamba-Nya, ada diantara mereka yang dilimpahi kenikmatan untuk semakin jauh dari-Nya, dan ada pula yang dilimpahi kenikmatan untuk semakin bersyukur kepada-Nya, dan ada pula yang dipersempit agar tidak semakin jauh dari-Nya, sungguh tiada perbuatan yang lebih indah dari perbuatan-Nya, dan telah disabdakan oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana diriwayatkan di dalam Shahih Muslim bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa : “ tidak ada satupun yang lebih cemburu daripada Allah subhanahu wata’ala”. Allah itulah cinta, pemilik dan pencipta cinta, maka jika ada seorang hamba yang lebih cinta kepada selain Allah maka Allah akan cemburu. Maka dirisaukan jika salah seorang hamba diberi keluasan di dunia, maka dia akan terlena di dalamnya padahal dunia hanyalah kehidupan yang sementara bagaikan orang yang hidup dari pagi hingga sore harinya saja. Diriwayatkan di dalam Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari, ketika rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sedang bersandar, ditanyakan kepada beliau tentang kehidupan : “wahai Rasulullah, mengapa engkau begitu santai?”, maka rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “hidup ini hanyalah selintas saja, seperti seorang yang berjalan kemudian berteduh di bawah pohon rindang kemudian berjalan lagi”. Berjalan melanjutkan kehidupan yang kekal, kehidupan di dunia bagi kita mungkin hanya 100 tahun bahkan sangat sedikit sekali yang hidup mencapai 100 tahun, sebagian hanya sampai 70 atau 80 tahun, umur semakin pendek dan semakin dekat dengan hari kiamat. Dan setiap detik adalah roda waktu yang berjalan menuju kematian, dan setiap detik itu ada hamba-hamba yang dimuliakan oleh Allah menuju puncak-puncak keluhuran. Hadirin hadirat, bagaimana dengan hamba-hamba yang lewat dengan dosa dan kesalahan, padahal setiap putaran detik itu akan dipertanggung jawabkan. Sebagaimana syarh hadits yang kita baca tadi, sungguh indahnya firman Allah subhanahu wata’ala, hadits ini disebut hadits qudsi, yaitu firman Allah yang diucapkan oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tetapi tidak dicantumkan dalam Al qur’an Al Karim, dimana makna atau isinya dari Allah namun lafadznya dari nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sedangkan Al qur’an Al Karim makna atau isi dan lafadznya dari Allah subhanahu wata’ala. Hadits qudsi yang kita baca tadi :
أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِيْ بِيْ
“ Aku tergantung ( bersama ) prasangka hamba-Ku”
Maksudnya adalah semakin seorang hamba itu ingin dekat kepada Allah maka Allah juga ingin dekat kepada hamba-Nya, bagaimana kita mengetahui bahwa maknanya demikian, yaitu dengan melihat akhir dari hadits ini, karena jika kita hanya berhenti di potongan hadits ini maka maknanya pun belum jelas, dimana makna hadits ini adalah samudera yang sangat luas, samudera tauhid yang tidak akan pernah ada dasarnya, bagaiamana kedalaman tauhid Ilahi, maka diperjelas makna hadits ini dengan kalimat-kalimat di akhirnya, yaitu :
وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً
“ Jika dia mendekat kepada-Ku satu jengkal maka Aku mendekat kepadanya satu hasta, jika ia mendekat kepada-Ku satu hasta maka Aku mendekat kepadanya satu depa, dan jika ia mendatangi-Ku dengan berjalan maka Aku mendatanginya dengan bergegas”
Maka kalimat ini memperjelas makna dari “ aku tergantung (bersama) dengan prasangka hamba-Ku”. Jika hati seorang hamba ingin lebih dekat kepada Allah maka Allah ingin lebih dekat kepadanya, jika hamba ingin jauh dari Allah maka Allah juga ingin jauh darinya. Oleh sebab itu jika kita fahami, hadits ini merupakan panggilan cinta yang sangat indah dari Allah subhanahu wata’ala, yang diturunkan kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam untuk disampaikan kepada ummatnya hingga sampailah kepadaku dan kalian di malam hari ini, bahkan kita sudah sering mendengar tentang hadits ini, tawaran cinta dari Rabbul ‘alamin dan bagaimana prasangka kita terhadap Allah subhanahu wata’ala, jika kita mencintai Allah subhanahu wata’ala maka ungkapkan dan kemukakanlah, kapan kita mengucapkannya atau melafadzkannya?!, maka hadits qudsi yang kedua Allah berfirman:
أَنَا مَعَ عَبْدِى حَيْثُمَا ذَكَرَنِى، وَتَحَرَّكَتْ بِى شَفَتَاه
“ Aku bersama hamba-Ku ketika ia menyebut-Ku dan bergetar bibirnya menyebut nama-Ku”
Al Imam Ibn Hajar Al Asqalany di dalam Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari menjelaskan makna hadits ini bahwa satu jengkal kedekatan kepada Allah subhanahu wata’ala, dimana kedekatan dengan Allah itu bisa dengan lisan (dzikir), namun mendekat kepada Allah bukan hanya dengan lisan saja, tetapi bisa dengan hati, tangan, harta, dan yang lainnya namun dalam hadits ini menunjukkan bahwa ada hal yang paling disenangi dan dicintai Allah, sebagaimana seseorang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam : “wahai Rasulullah, syariat dan ibadah dalam agama ini sangat banyak sehingga aku terkadang bingung untuk memilih mana yang lebih utama, maka tunjukkanlah aku satu hal saja yang membuat aku dicintai Allah subhanahu wata’ala, masuk ke dalam surga dan selamat dari api neraka”, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “biarkan lidahmu selalu basah dengan dzikir kepada Allah subhanahu wata’ala”, maksudnya adalah dengan banyak menyebut nama Allah subhanahu wata’ala. Maka hal ini kembali kepada hadits yang disebut tadi وَتَحَرَّكَتْ بِيْ شَفَتَاهُ ( bergetar bibirnya dengan menyebut nama-Ku ), karena orang yang mencintai sesuatu maka akan banyak menyebutnya. Maka hal yang sangat menggembirakan dan perlu kita banggakan dan kita syukuri adalah dengan adanya mejelis-mejelis dzikir Jalaalah di saat ini, dimana disaat nama Allah sudah mulai tidak ada lagi orang-orang yang menyebutnya, sehingga masih banyak orang di zaman sekarang malu untuk menyebut nama Allah, keadaaan yang seperti ini terjadi di pulau Jawa yang mayoritas adalah muslimin maka bagaiamana di wilayah lainnya. Dan di saat seperti itu muncullah semangat dari para pemuda-pemudi kita untuk menggemuruhkan lafadz Allah, maka hal itu patut kita bela dan kita pedulikan jika kita cinta kepada Allah subhanahu wata’ala. Alangkah indahnya di saat panggung-panggung maksiat tersebar yang semakin menjauhkan manusia dari Allah, setiap detik-detik yang lewat penuh dengan kehinaan, justru kita gemuruhkan panggung terbesar yang megumandangkan nama Allah subhanahu wata’ala tepat di hari kelahiran nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Ini adalah hadiah ulang tahun untuk sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Hadirin hadirat, kita berharap acara besok adalah merupakan maulid terbesar di dunia, semoga acara ini sukses, amin. Acara ini tidak hanya akan disiarkan oleh channel televisi di Indonesia saja, bahkan CNN dan Aljazeera juga akan meliputnya. Ya Allah, disaat telah banyak orang-orang yang tidak lagi menyebut nama-Mu, maka jadikanlah kami termasuk orang-orang yang memperjuangkan gemuruhnya nama-Mu, jadikan perkumpulan kami perkumpulan terbesar yang menggemuruhkan nama-Mu di hari lahirnya sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, di ibukota negeri muslimin terbesar di muka bumi. Ya Allah jika melihat dosa-dosa kami maka kami tidak pantas mendapatkan kemuliaan ini namun kemuliaan dari kedermawanan-Mu lah yang menarik kami untuk terlibat dalam hal ini, Ya Allah catat seluruh nama kami yang hadir di majelis ini dan yang menyaksikan dari kejauhan termasuk dalam kelompok yang menggemuruhkan nama-Mu disaat nama-Mu mulai dilupakan dan malu untuk diucapkan, amin ya rabbal ‘alamin.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Maka dari hadits diatas dapat kita fahami bahwa nama-nama orang yang berdzikir dengan berkelompok dan berjamaah akan disebut dan digemuruhkan oleh Allah subhanahu wata’ala di langit. Allah Yang menyebut nama-nama mereka yang menggemuruhkan nama-Nya, sungguh hal ini merupakan anugerah yang demikian agung di malam hari ini. Kedua hadits qudsi ini sengaja saya rangkapkan dimana maknanya sering saya sebut namun kali ini baru dituliskan, sebagai hadiah dan saksi untuk kita kelak di hari kiamat kelak bahwa di malam 12 Rabi’ul Awal, di malam lahirnya sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam kita mendengar hadits ini dan membacanya bersama-sama, dan Allah subhanahu wata’ala menjadi saksi. Dan Allah subhanahu wata’ala menyebut nama-nama yang menyebut nama-Nya. Siapakah kita? Hanyalah hamba yang siang dan malam penuh dosa. Hadirin hadirat, para pendoa termuliakan dan disetiap detiknya mereka semakin dekat kepada Allah. Dalam sebuah riwayat ada dua orang yang ditimbang amal baiknya dan keduanya sama-sama berat, namun hanya berbeda satu kalimat “Subhanallah” saja namun perbedaan derajatnya di surga bagaikan antara langit dan bumi, hanya berbeda dalam satu kalimat “Subhanallah” saja, maka terlebih lagi jika lebih dari itu. Ucapan saya ini bukan berarti kita tidak perlu lagi bekerja atau berusaha, namun agar kita tidak terlalu banyak memikirkan hal-hal yang fana daripada hal-hal yang kekal. Ingatlah selalu kepada hal yang kekal dan berjalanlah dengan hal yang fana, maka hal yang fana ini akan tunduk kepada Yang memilikinya.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Ketahuilah di dalam usaha menuju kesuksesan, detik-detik penentu adalah milik Allah, penentu sukses atau tidaknya hanyalah Allah subhanahu wata’ala, dan kesuksesan itu membawa kebaikan yang kekal atau tidak Allah juga yang menentukan. Oleh sebab itu beruntung orang yang berusaha dan terus berpegang kepada tali Allah subhanahu wata’ala yaitu utusan-Nya yang paling dicintai-Nya, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Diriwayatkan oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani mensyarahkan hadits tadi bahwa rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa : “ setiap orang di surga itu mempunyai kenikmatan yang berbeda-beda, dan tidak ada kenikmatan yang lebih indah daripada memandang keindahan Allah subhanahu wata’ala”, hal itu adalah kenikmatan yang paling lezat dari semua kelezatan yang ada di surge. Dan orang-orang di surge pun ada tingkatan derajatnya, Al Imam Ibn Hajar berkata bahwa ada orang yang selama 1000 tahun hanya sekali melihat Allah, ada yang selama 100 tahun sekali melihat Allah, ada yang 10 tahun sekali untuk diizinkan melihat Allah, dan ada pula yang hanya sekali saja melihat Allah, dan ada hamba yang setiap hari melihat Allah, sebagaimana sabda rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa ada diantara hamba-hamba Allah ada yang setiap pagi dan sore melihat Allah subhanahu wata’ala, dan bagaimana dengan hamba yang telah melihat Allah sebelum wafatnya, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam sudah berjumpa dengan Allah subhanahu wata’ala sebelum beliau wafat, di malam mi’raj kemudia beliau kembali ke bumi. Sungguh betapa indahnya cinta Allah subhanahu wata’ala kepada sang nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka malam ini adalah malam doa, malam dzikir, malam agung, malam 12 Rabi’ul Awal, begitu banyak hamba-hamba yang didekatkan kepada Allah subhanahu wata’ala. Kalau seandainya kita kehilangan satu detik saja maka akan membuat lepasnya derajat kita di langit dan bumi dan hal itu kekal dan abadi, satu detik yang kita tangisi yang telah lewat dalam hal-hal yang bukan ibadah, maka terlebih lagi jika lewat dalam dosa bagaimana kita tidak akan menangisi dosa-dosa kita. Oleh sebab itu tunduknya jiwa dan sanubari hamba, Allah berikan kepemimpinannya kepada orang yang paling tunduk kepada Allah, yaitu sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Diriwayatkan di dalam Sirah Ibn Hisyam di saat beliau lahir, beliau langsung bersujud kepada Allah subhanahu wata’ala, dan telunjuk beliau menunjuk ke langit dan berkata :
لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Ucapan itu diucapkan oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dengan fasih di saat bayi, ketika lahir beliau langsung bersujud tanpa ada setetes darah pun, dan tanpa ada sakit sedikitpun yang dirasakan, menunjukkan bahwa inilah pemimpin orang yang bersujud, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dijelaskan di dalam surah Maryam, bahwa nabi Isa AS ketika lahir sudah bisa berbicara, karena ibunya ( sayyidah Maryam ) merasa bingung dan risau atas cobaan yang tiba-tiba hamil tanpa seorang suami, sehingga mulailah banyak fitnah dan ucapan-ucapan orang lain yang mencela keadaanya, maka sayyidah Maryam berkata, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
فَأَجَاءَهَا الْمَخَاضُ إِلَى جِذْعِ النَّخْلَةِ قَالَتْ يَا لَيْتَنِي مِتُّ قَبْلَ هَذَا وَكُنْتُ نَسْيًا مَنْسِيًّا
( مريم : 23 )
“Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (besandar) pada pangkal pohon kurma, ia berkata: "Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan". ( QS. Maryam : 23 )
Maka diilhamkan kepada sayyidatuna Maryam agar di saat melahirkan nanti untuk menunjuk saja kepada bayinya tanpa harus berbicara apapun, maka bayi itu yang akan menjawab, dimana maka itu berkata sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
وَسَلَامٌ عَلَيْهِ يَوْمَ وُلِدَ وَيَوْمَ يَمُوتُ وَيَوْمَ يُبْعَثُ حَيًّا
( مريم : 15 )
“Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan, dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali” ( QS. Maryam : 15 )
Itulah nabiyullah Isa As bin Maryam, disaat lahir langsung bisa berbicara. Disebutkan di dalam Fathul Bari menukil tentang tanda-tanda kelahiran nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam diantaranya adalah padamnya api di Kekaisaran Persia yang selama ribuan tahun belum pernah padam, dan juga runtuhnya singgasana di Istana Kisra. Disaat hampir terbitnya fajar lahirlah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, hadiah teragung dari Allah Allah subhanahu wata’ala sebagai “Rahmatan Lil ‘aalamin”. Seluruh alam semesta bergemuruh dengan tasbih karena kelahirannya. Sayyidina Abbas Ibn Abdul Mutthalib RA, salah satu paman Rasulullah yang masuk Islam, beliau berkata kepada rasulullah:
يَارَسُوْلَ اللهِ أَذِنِّي لِأَمْتَدِحَكَ
" Wahai Rasulullah izinkan aku untuk ( membacakan syair ) memujimu "
Maka Rasulullah berkata :
قُلْ لَا يفَضِّضُ اللهُ فَاكَ
" Ucapkanlah (syairmu) semoga Allah menjaga mulutmu ( gigimu ) dari segala penyakit "
Maka berkatalah sayyidina Abbas bin Abdul Mutthallib dan diantara ucapannya adalah :
أَنْتَ لَمَّا وُلِدْتَ أَشْرَقَتِ اْلَأرْضُ وَضَـاءَتْ بِنُوْرِكَ اْلأُفُقُ فَنَحْنُ فِيْ ذَلِكَ الضِّيَاءِ وَفِي النُّوْرِ وَسُبُلِ الرَّشَـادِ نَخْتَرِقُ
“Ketika engkau terlahir ke bumi bersinar dan cakrawala dipenuhi dengan cahayamu, dan kami pun selalu berada di tengah cahaya dan jalan yang penuh petunjuk "
Kita memahami jika cahaya matahari saja bisa menyinari seluruh barat dan timur, maka terlebih lagi cahaya makhluk yang paling dicintai Allah subhanahu wata’ala, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang mana keindahanya tidak Allah perlihatkan keseluruhannya, sebagaimana dijelaskan oleh Al Allamah As Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki dalam kitabnya Muhammad Insaan Al Kaamil, dimana ketika ditanya ketika di zaman nabi Yusuf para wanita mengiris-iris jari-jarinya karena keindahan nabi Yusuf As, namun hal itu tidak terjadi pada zaman nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka dijelaskan oleh As Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki di dalam kitabnya Muhammad Insaan Al Kaamil bahwa Allah menyembunyikan keindahan rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana 9 bagian disembunyikan dan hanya 1 bagian yang diperlihatkan di bumi, dan jika seandainya kesemuanya diperlihatkan maka tanpa disadari manusia akan mengiris jantungnya dari indahnya wajah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Wajah itu akan kita lihat insyaallah, mudah-mudahan kita termasuk ke dalam kelompok orang-orang yang membanggakan beliau, bukan kelompok yang mempermalukan beliau, amin. Demikian indahnya kelahiran nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Diriwayatkan pula bagaimana indahnya malam kelahiran nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dalam sirah Ibn Hisyam dijelaskan bahwa ketika waktu fajar itu seorang Yahudi berteriak di tempat yang tinggi di kota Yatsrib, ia berkata : “ Celakalah kalian wahai kelompok orang Yahudi, semalam sudah terbit bintang yang menunjukkan tanda-tanda kelahiran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam”. Tanda-tanda itu telah disebutkan dalam kitab nabi-nabi terdahulu, di Injil, Taurat dan Zabur. Maka malam kelahiran nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sudah dirayakan oleh Allah subhanahu wata’ala. Namun mengapa para sahabat tidak pernah merayakannya?, karena mereka telah merayakan dengan nyawa mereka, harta mereka, setiap detik dan nafas mereka penuh dengan cinta kepada rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, berjuang satu niat bersama rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Namun berbeda dengan masa kehidupan selanjutnya, dimana keadaan iman semakin menurun, butuhlah pengetahuan, pembenahan dan penguatan, maka ketika para imam melihat manusia sudah mulai mengidolakan orang lain selain nabinya, dibuatlah maulid nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana di dalamn maulid itu hanyalah cerita tentang sejarah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan kenapa harus 12 Rabi’ul Awal?!, karena hari itu adalah hari lahirnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, mengapa dilarang untuk membaca sejarah rasulullah di hari kelahiran beliau, bahkan justru rasulullah merayakan hari lahir beliau. Dijelaskan di dalam Shahih Muslim bahwa rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyembelih sembelihan dan ketika ditanya tentang sembelihan di hari Senin itu beliau menjawab : “ hari itu adalah hari dimana aku dilahirkan”,,. Dan juga Rasulullah tidak mengatakan tentang puasa hari Senin boleh atau tidak, maka di saat sahabat bertanya kepada Rasulullah : “wahai Rasulullah apa hukumnya puasa hari Senin?”, maka rasulullah menjawab : “hari itu adalah hari kelahiranku”, sungguh jawaban yang sangat sempurna bagi yang memahami bahasa, namun berbeda dengan orang yang tidak mengerti bahasa dan memahaminya dengan kedangkalan atau keterpurukan aqidah. Semua orang memahami bahwa jawaban dari rasulullah itu maksudnya bahwa hari Senin adalah hari kelahiran beliau dan berbeda dengan hari-hari yang lain, berarti rasulullah membedakan antara hari Senin dengan hari yang lainnya. Maka ketika beliau ditanya tentang hukum puasa hari Senin, beliau menjawab : “hari tu adalah hari kelahiranku”, agar para sahabat mengingat hari kelahiran beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana firman Allah tentang nabi Isa :
وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا (33) ذَلِكَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ قَوْلَ الْحَقِّ الَّذِي فِيهِ يَمْتَرُونَ (34)
“Kesejahteraan atas diriku pada hari aku dilahirkan, dan pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali, itulah isa bin Maryam, (dan ucpan isa as ini) adalah ucapan kebenaran yg kalian padanya meragukan” ( QS. Maryam : 33,34 )
Itulah nabiyullah Isa bin Maryam. Hal ini menunjukkan bahwa para-para nabi itu hari kelahiran dan hari wafatnya adalah rahmat. Dan hari lahir dan wafatnya nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sama-sama hari Senin, bahkan hijrahnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ke Madinah Al Munawwarah pun tepat pada hari Senin, 12 Rabi’ul Awal. Dijelaskan di dalam Shahih Al Bukhari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam masuk ke Madinah Al Munawwarah bersama sayyidina Abu Bakr As Shiddiq pada hari Senin bulan Rabi’ul Awal. Maka jika mau membaca maulid di hari 12 Rabi’ul Awal silahkan dan di hari yang lainnya pun tidak masalah. Majelis Rasulullah setiap malam membaca maulid, namun pada tanggal 12 Rabi’ul Awal dibuat event besar, sebagai khidmah kepada rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, karena jika melihat dosa-dosa kita bagaiamana kita akan mengharap surga Allah dan mengharap bisa melihat keindahan Allah dengan mata kita yang penuh dosa ini, apa iya kita akan diberi kenikmatan yang sangat indah dan kekal yang siang dan malam kita berbuat dosa, padahal sekali saja kita berbuat dosa hal itu itu sudah cukup bagi Allah untuk menjadikan penghalang bagi kita untuk masuk ke dalam surge. Kelak di akhirat yang ada hanya surga atau neraka, jika tidak di surga maka pastilah di neraka, tidak ada tempat yang ketiga,, salah satu diantara 2 tempat itu yang abadi bagi kita. Sebagian mengatakan bahwa ada gunung diantara surga dan neraka, yaitu tempat orang-orang yang belum mengetahui Islam, tidak ada yang mengajari mereka, di gunung itu mereka melihat semua penduduk surga masuk ke dalam surga dan penduduk neraka masuk ke dalam neraka, dan setelah kesemuanya selesai, maka mereka ditanya oleh Allah: “ apa yang kalian lihat?” maka mereka menjawab : “orang-orang yang mentiadakan Tuhan selain Engkau maka masuk surga, dan orang-orang yang menyekutukan Engkau masuk neraka”, maka ditanyakan kepada mereka: “ lalu bagaimana dengan kalian?”, mereka menjawab : “kami meyakini tiada Tuhan selain Engaku”, maka mereka pun masuk ke dalam surga Allah subhanahu wata’ala, dan tidak ada orang yang kekal di neraka kecuali orang-orang yang Allah ketahui jika seandainya dia balik ke dunia maka ia tetap akan berbuat maksiat.
Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim, pastikan seluruh nama kami yang hadir dan seluruh keluarga dan kerabat kami tercantum di surga-Mu Ya Allah, dan kami ingin memandang-Mu di setiap saat, kami tidak ingin 1000 tahun sekali memandang-Mu, tidak pula 100 tahun sekali memandang-Mu, namun kami ingin setiap detik Engkau beri kesempatan untuk memandang keindahan Dzat-Mu…
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Alhamdulillah kita semua hadir di majelis dzikir ini yang telah disiarkan langsung juga oleh Al Jazeera dan terlebih dari itu nama-nama kita telah digemuruhkan di langit, insyaallah. Selanjutnya pembacaan qasidah mengenang indahnya nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian kalimat talqin dan doa penutup oleh guru kita Al Habib Hud bin Muhammad Baqir Al Atthas, yatafaddhal masykuuraa…


Kamis, 17 Februari 2011

Cahaya Wudhu

Cahaya Wudhu
Senin, 07 Februari 2011



Image قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ أُمَّتِيْ يُدْعَوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ غُرًّا مُحَجَّلِيْنَ مِنْ آثَارِ الْوُضُوْءِ، فَمَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يُطِيْلَ غُرَّتَهُ فَلْيَفْعَلْ
( رواه البخاري )
“Sungguh ummatku akan diseru pada hari kiamat dalam keadaan bercahaya karena bekas wudhu'nya, maka barangsiapa yang mampu melebihkan panjang sinar pada tubuhnya, maka lakukanlah.” ( Shahih Al Bukhari )


Turunnya Wahyu Yang Pertama

Turunnya Wahyu Yang Pertama
Senin, 31 Januari 2011



Image عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ أَنَّهَا قَالَتْ : أَوَّلُ مَا بُدِئَ بِهِ، رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، مِنْ الْوَحْيِ، الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ فِي النَّوْمِ، فَكَانَ لَا يَرَى رُؤْيَا، إِلَّا جَاءَتْ مِثْلَ فَلَقِ الصُّبْحِ، ثُمَّ حُبِّبَ إِلَيْهِ الْخَلَاءُ، وَكَانَ يَخْلُو بِغَارِ حِرَاءٍ، فَيَتَحَنَّثُ فِيهِ، وَهُوَ التَّعَبُّدُ اللَّيَالِيَ ذَوَاتِ الْعَدَدِ، قَبْلَ أَنْ يَنْزِعَ إِلَى أَهْلِهِ، وَيَتَزَوَّدُ لِذَلِكَ، ثُمَّ يَرْجِعُ إِلَى خَدِيجَةَ، فَيَتَزَوَّدُ لِمِثْلِهَا، حَتَّى جَاءَهُ الْحَقُّ، وَهُوَ فِي غَارِ حِرَاءٍ، فَجَاءَهُ الْمَلَكُ، فَقَالَ : اقْرَأْ، قَالَ: مَا أَنَا بِقَارِئٍ، قَالَ: فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي، حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الْجَهْدَ، ثُمَّ أَرْسَلَنِي، فَقَالَ: اقْرَأْ، قُلْتُ : مَا أَنَا بِقَارِئٍ، فَأَخَذَنِي، فَغَطَّنِي الثَّانِيَةَ، حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الْجَهْدَ، ثُمَّ أَرْسَلَنِي، فَقَالَ: اقْرَأْ، فَقُلْتُ: مَا أَنَا بِقَارِئٍ، فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي الثَّالِثَةَ، ثُمَّ أَرْسَلَنِي، فَقَالَ: { اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ، خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ، اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ }


Minggu, 06 Februari 2011

Pahala Bersedekah Untuk Yang Telah Wafat

Pahala Bersedekah Untuk Yang Telah Wafat
Senin, 24 Januari 2011



Image
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أُمَّهُ تُوُفِّيَتْ أَيَنْفَعُهَا إِنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا قَالَ نَعَمْ
( صحيح البخاري )
Dari Ibn Abbas ra : Sungguh seorang berkata pd Rasulullah saw : Sungguh ibuku wafat, apakah bermanfaat baginya jika aku bersedekah atas namanya?, sabda Rasulullah saw : “Betul” (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الْجَمْعِ اْلعَظِيْمِ .
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha menerangi jiwa dengan ketenangan, Yang Maha mampu melimpahakan kesejukan sanubari dalam keadaaan siang atau malam, dalam keadaan susah ataupun senang, ketenangan hati adalah milik Allah, dan Allah subhanahu wata’ala memeberikannya dengan sempurna bagi mereka yang mengingat Allah. Sebagaimana firman-Nya subhanhu wata’ala :
الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
(الرعد : 28 )
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” ( QS. Ar Ra’d : 28 )
Obat yang paling mujarab untuk menenangkan hati adalah Allah, obat kehidupan untuk mencapai keselamatan di dunia dan akhirah, hembusan nafas dan detak jantungmu selamat dari yang selain Allah adalah mengingat Allah, yang dirisaukan adalah jika seorang hamba tidak selamat dari Allah maka siapa yang biasa yang menyelamatkannya, jika seorang hamba telah dicelakakan Allah maka siapa yang bisa membantunya ?!. Sebagaimana doa yang selalu dibaca oleh sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam:
اللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ ، وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ ، وَلَا رَادَّ لِمَا قَضَيْتَ ، وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ
“Ya Allah tidak ada orang yang dapat menahan apa yang Engkau berikan, dan tidak ada yang memberikan apa saja yang Engkau tahan, dan tidak ada yang menolak apa yang telah Engkau tentukan, dan tidak memberi manfaat kekayan dan kemuliaan kepada pemiliknya, dari-Mulah segala kekayaan dan kemuliaan."
Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari bahwa rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam setiap selesai melakukan shalat, beliau tidak pernah meninggalkan doa itu. Doa ini juga membuka rahasia anugerah Ilahi semakin besar untuk kita, dan membuat sesuatu yang terhalang dari kita, seperti rizki yang semestinya kita terima, baik berupa rizki yang zhahir atau yang bathin , akan menjadi semakin dibuka pintu-pintunya oleh Allah dengan keberkahan doa ini. Dan juga doa yang tidak pernah lepas dari lisan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam selesai shalat adalah :
اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْك السَّلَامُ وَإِلَيْك يَعُودُ السَّلَامُ فَحَيِّنَا رَبَّنَا بِالسَّلَامِ وَأَدْخِلْنَا دَارَ السَّلاَمِ تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ
“Ya Allah, Engkau maha sejahtera dan dari-Mulah  serta kembalinya kesejahteraan, hidupkanlah kami dengan sejahtera dan masukkanlah kami ke surga tempat kesejahteraan, Maha berkah Engkau Yang Maha Agung lagi Maha Mulia”
Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari ketika rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selesai melakukan shalat pastilah beliau membaca doa itu. Maka milikilah rahasia kesejahteraan dari sang pemiliknya, yang senantiasa diminta oleh manusia yang membuka kesejahteraan dunia dan akhirah, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
( الأنبياء : 107 )
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” ( QS.Al Anbiyaa: 107 )
Seluruh pintu rahmat Allah dibuka dengan kebangkitan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Pintu kesejahteraan ditawarkan kepada kita setiap selesai shalat untuk diminta, maka selesai melakukan shalat mintalah kesejahteraan kepada yang memilikinya, maka kesejahteraan itu akan diberikan oleh Sang Maha Dermawan, yang mana tidak ada sifat kikir dalam nama Allah. Dia memberi lebih dari yang kita minta, Dia memberi lebih dari yang kita harapkan dan tiadalah seseorang yang berdoa kepada Allah kecuali ia akan besyukur kepada Allah kelak di hari kiamat. Seseorang yang mungkin kecewa dengan sesuatu yang telah dia ucapkan dalam doa namun seakan tidak diberi oleh Allah, di hari kiamat ia akan meneteskan air mata haru karena ternyata betapa indahnya pengaturan Allah dibalik harapan dan doanya. Sesuatu yang ia minta tidak Allah kabulkan namun ternyata Allah menyiapkan sesuatu yang jauh lebih indah dari yang ia minta.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Salah satu dari doa-doa para nabi, diantaranya adalah doa nabi Ayyub AS berdoa :

رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ أَكُنْ بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا
( مريم : 4 )
"Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdo'a kepada Engkau, ya Tuhanku” ( QS. Maryam : 4 )
Jika kita berdoa kepada Allah maka kita tidak akan dikecewakan oleh-Nya. Ayat ini adalah ucapan nabi Ayyub namun diturunkan dan diceritakan oleh Allah untuk ummat sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, jika hanya untuk nabi maka tidaklah akan dicantumkan dalam Alqur’an Al Karim karena Al qur’an adalah surat kasih sayang Allah untuk ummat sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka bukalah dan ambillah rahasia keluhurannya, rahasia kemuliaan doa, rahasia kemuliaan yaqin, diamana dikatakan oleh para salafusshalih dan terdapat dalam atsar sahabat bahwa tidak ada sesuatu yang lebih agung diturunkan Allah daripada keyakinanan. Jika seseorang yakin bahwa Allah subhanahu wata’ala tidak akan mengecewakannya dengan doa-doanya maka keyakinan itulah yang terjadi, dan riwayat ini diperkuat dengan hadits qudsi riwayat Shahih Al Bukhari :
أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي فَلْيَظُنَّ بِي مَا شَاءَ
“ Aku bersama prasangka hamba-Ku, maka berprasangkalah kepada-Ku semaunya”
Allah bersama prasangka seorang hamba, jika hamba menyangka bahwa Allah tidak akan mengecewakannya dengan doa-doanya maka Allah tidak akan mengecewakannya. Jika seorang hamba rindu kepada Allah maka Allah pun rindu kepadanya, apabila seorang hamba cinta kepada Allah maka Allah cinta kepadanya. Oleh sebab itu bukalah prasangka baik seluas-luasnya untuk Allah maka Allah akan lebih baik dari prasangka itu.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Akan datang waktu dimana manusia kehilangan harga dirinya dihadapan Allah, kehilangan kehormatannya dihadapan Allah, sebagaimana firman Allah :

يَوْمَ يُكْشَفُ عَنْ سَاقٍ وَيُدْعَوْنَ إِلَى السُّجُودِ فَلَا يَسْتَطِيعُونَ، خَاشِعَةً أَبْصَارُهُمْ تَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ وَقَدْ كَانُوا يُدْعَوْنَ إِلَى السُّجُودِ وَهُمْ سَالِمُونَ، فَذَرْنِي وَمَنْ يُكَذِّبُ بِهَذَا الْحَدِيثِ سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ، وَأُمْلِي لَهُمْ إِنَّ كَيْدِي مَتِينٌ
( القلم : 42-45 )
“Pada hari betis disingkapkan dan mereka dipanggil untuk bersujud; maka mereka tidak kuasa, (dalam keadaan) pandangan mereka tunduk ke bawah, lagi mereka diliputi kehinaan. Dan sesungguhnya mereka dahulu (di dunia) diseru untuk bersujud, dan mereka dalam keadaan sejahtera, Maka serahkanlah (ya Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang mendustakan perkataan ini (Al-Qur'an). Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui, dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat tangguh” ( QS. Al Qalam : 42-45)
Kelak di hari kiamat ketika rahasia cahaya kewibawaan Allah dibuka, dijelaskan oleh para mufassir diantaranya Ibn Abbas bahwa Allah membukakan cahaya kewibawaan-Nya, hal itu selaras dengan firman Allah subhanahu wata’la :
وَأَشْرَقَتِ الْأَرْضُ بِنُورِ رَبِّهَا وَوُضِعَ الْكِتَابُ وَجِيءَ بِالنَّبِيِّينَ وَالشُّهَدَاءِ وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْحَقِّ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
(الزمر : 69 )
“Dan terang benderanglah bumi (padang mahsyar) dengan cahaya (keadilan) Tuhannya; dan diberikanlah buku (perhitungan perbuatan masing-masing) dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan” ( QS. Az Zumar : 69 )
Kelak di hari perkumpulan ketika semua manusia diperintahkan untuk bersujud, maka ada diantara mereka yang tidak bisa bersujud, kepala dan tubuh mereka tetap tegak, pundak dan pinggang mereka kaku tidak bisa bersujud, siapa mereka? mereka adalah orang-orang yang ketika di dunia diajak untuk bersujud (shalat) namun mereka tidak melakukannya padahal mereka mampu melakukannya, maka di hari kiamat disaat mereka diminta bersujud untuk pengagungan kepada Allah, mereka tak mampu melakukannya karena tidak diizinkan bersujud oleh Allah, agar orang-orang di mahsyar mengetahui bahwa mereka adalah orang yang tidak mau melakukan sujud selama di dunia disaat Allah mengizinkan bersujud. Bagaimana malunya kita kelak di akhirat di saat tidak diizinkan untuk bersujud oleh Allah. Allah tidak memberi kemampuan untuk kita bersujud, maka diserukan kepada mereka : “ Mereka adalah wajah-wajah yang menghinakan sesuatu yang dimuliakan Allah (sujud) , dan memuliakan sesuatu yang dihinakan Allah”. Maka berjatuhanlah kulit wajah mereka karena malunya kepada Allah dan kepada semua keturunannya dan nenek moyangnya hingga ke nabi Adam As. Mereka yang tidak mau memperbanyak sujud ketika di dunia, maka kelak di akhirah tidak akan diizinkan bersujud kepada Allah, sungguh strategi Allah sangat dahsyat. Mereka yang memusuhi orang-orang yang bersujud atau melarang orang lain melakukan shalat, atau menghina orang-orang yang taat kepada Allah maka akan terhina kelak di hari kiamat karena tidak mampu untuk bersujud. Seluruh ibadah adalah hakikat sujud, karena sujud itu menunjukkan tadzallul, merendahkan diri kepada Allah subhanahu wata’ala. Semoga Allah mengumpulkan kita bersama orang-orang yang bersujud. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
أَقْرَبُ اْلعَبْدُ إِلَى اللهِ مَنْزِلَةً وَهُوَ سَاجِدٌ
“Keadaan yang paling dekat antara seorang hamba dengan Allah SWT yaitu ketika dia sedang sujud” (Shahih Muslim)
Begitu juga sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam riwayat Shahih Al Bukhari :
حَرَّمَ اللَّهُ عَلَى النَّارِ أَنْ تَأْكُلَ مِنْ ابْنِ آدَمَ أَثَرَ السُّجُودِ
“Allah haramkan api neraka menyentuh anggota sujud pada keturunan Adam”
Semua anggota lainnya terkena api neraka dan anggota sujud tidak terbakar oleh api neraka, hal itu jika tubuh yang bersujud maka bagaimana jika hati yang bersujud, semoga Allah menjadikan hati kita selalu bersujud kepada-Nya, tunduk dan merendahkan diri kepada-Nya, selalu merasa menjadi hamba dan tidak lebih dari sekedar seorang hamba, karena semua yang selain Allah adalah hamba, dan tidak lebih dari hamba. Namun ada hamba-hamba yang Allah khususkan untuk diberi anugerah di masa hidupnya bahkan setelah wafatnya, dan segala sesuatu yang terikat kepada hamba-hamba yang mulia pun akan dimuliakan oleh Allah, bahkan seekor anjing yang menjaga Ashabul kahfi pun dimuliakan oleh Allah sehingga menjadi salah satu hewan yang masuk ke dalam surga Allah, kalimat (Kalb/ Anjing) disebutkan dalam alqur’an sebanyak 4 kali, sebagaimana firman-Nya dalam surah Al Kahfi :
سَيَقُولُونَ ثَلَاثَةٌ رَابِعُهُمْ كَلْبُهُمْ وَيَقُولُونَ خَمْسَةٌ سَادِسُهُمْ كَلْبُهُمْ رَجْمًا بِالْغَيْبِ وَيَقُولُونَ سَبْعَةٌ وَثَامِنُهُمْ كَلْبُهُمْ قُلْ رَبِّي أَعْلَمُ بِعِدَّتِهِمْ مَا يَعْلَمُهُمْ إِلَّا قَلِيلٌ فَلَا تُمَارِ فِيهِمْ إِلَّا مِرَاءً ظَاهِرًا وَلَا تَسْتَفْتِ فِيهِمْ مِنْهُمْ أَحَدًا
( الكهف : 22 )
“Nanti (ada orang yang akan) mengatakan [878] (jumlah mereka) adalah tiga orang yang keempat adalah anjingnya, dan (yang lain) mengatakan: "(jumlah mereka) adalah lima orang yang keenam adalah anjing nya", sebagai terkaan terhadap barang yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan: "(jumlah mereka) tujuh orang, yang ke delapan adalah anjingnya". Katakanlah: "Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit". Karena itu janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorangpun di antara mereka.” ( QS. Al Kahfi : 22 ) Dan didalam ayat yang lainnya :
وَكَلْبُهُمْ بَاسِطٌ ذِرَاعَيْهِ بِالْوَصِيد
( الكهف : 18 )
“Dan anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua" ( QS. Al Kahfi : 18 )
Mengapa demikian? karena anjing itu setia menjaga para tuannya, dan tuannya adalah para shalihin. Jika hanya seekor hewan khidmah kepada para shalihin maka ia akan dimasukkan ke surga terlebih lagi jika ummat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang berkhidmah, dan terlebih lagi jika berkhidmah kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Semoga kita dijadikan oleh Allah sebagai orang yang berbakti kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Hadirin hadirat, Majelis Rasulullah ditegakkan dengan tujuan agar semakin banyak orang yang berbakti kepada sayyidina Muhammad. Semoga kita dikumpulkan oleh Allah bersama nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Kelak di hari kiamat siapakah yang akan duduk bersama rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam? Mereka adalah orang-orang yang hadir di mejelis-majelis dzikir, majelis ta’lim, semua mejlis ta’lim atau majelis dzikir selama yang dibahas adalah hal-hal yang benar dan tidak dicampur dengan kebathilan maka itu adalah majelisnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam karena yang diajarkan adalah ajaran Rasulullah bukan ajaran yang lain. Maka di hari kiamat kelak yang akan duduk bersama Rasulullah di surga di dalam istana yang termegah di antara istana-istana surga adalah orang-orang yang banyak duduk di majelis-majelis ta’lim atau majelis dzikir. Semoga Allah subhanahu wata’ala mendudukkan kita sebagaimana Allah mendudukkan kita di tempat ini, kelak di surga kita akan duduk berhadapan dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tidak perlu berdesakan bersalaman dengan beliau seperti yang terjadi pada kita dan kelak yang memimpin majelis (perkumpulan) disana adalah rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bukan pendosa seperti saya. Saya semakin kebingungan dan risau karena majelis semakin berkembang dan tanggung jawab semakin besar, rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Semua Kalian adalah pemelihara dan semua pemelihara akan ditanyai akan yang dipeliharanya” 
Semakin besar majelis ini, maka saya semakin risau karena seharusnya majelis ini dipimpin orang yang lebih alim dan shalih, lebih baik dan lebih bijaksana, lebih mendalami ilmu syari’ahnya dari saya, namun saya tetap bertahan karena perintah guru mulia, jika guru mulia tidak memerintahkan lagi maka saya akan mundur karena tidak sanggup lagi memimpin ummat.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah

Rahasia keluhuran berlimpah dan tidak terputus walaupun seseorang telah wafat, hadits yang telah kita baca tadi, yang diriwayatkan oleh sayyidina Abdullah bin Abbas RA saudara sepupu rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau meriwayatkan dimana ada seseorang datang kepada rasulullah dan berkata kepada rasulullah bahwa ibunya telah wafat, jika ia bershadaqah untuk ibunya apakah shadaqah itu bermanfaat baginya?, maka rasulullah menjawab : “ iya, bermanfaat untuk ibumu”. Hadits ini diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari dan menjadi dalil yang jelas dan kuat. Dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar di dalam Fathul Bari dan oleh hujjatul islam Al Imam An Nawawi di dalam Syarh An Nawawiyah ‘ala shahih muslim dimana pendapat jumhur ulama’ atas sampainya amal pahala jika dikirimkan atau diniatkan untuk yang telah wafat, yang menjadi dalil bukan hanya hadits ini namun terdapat banyak hadits riwayat Shahih Al Bukhari dan Shahih Muslim, dimana para shahabat banyak bertanya tentang hal ini. Oleh sebab itu pengiriman amal pahala kepada yang telah wafat berlandaskan dalil yang shahih dan diakui oleh seluruh madzhab. Adapun mengenai pertanyaan atas ucapan Al Imam Syafi’i : “bahwa semua amal pahala sampai kecuali bacaan alqur’an”, hal ini sudah sering saya jelaskan namun masih sering menjadi pertanyaan juga di forum. Jadi kalau kita mau tau fatwa Al Imam Syafi’i maka kita harus tau terlebih dahulu ucapan muridnya, Al Imam Syafi’I jika berbicara maka ucapan beliau didengar oleh murid-muridnya karena jika mengambil sekilas fatwa Al Imam Syafi’I maka akan ada fatwa lain yang berbeda. Kita ketahui Al Imam An Nawawi adalah murid Al Imam Syafi’I yang bersambung sanadnya kepada beliau, maka kita mengambil pendapat dari muridnya karena muridnya lebih tau disaat seperti ketika Al Imam Syafi’i berbicara, sebagaimana suatu waktu Al Imam Syafi’I ditanya oleh seseorang yang kaya raya, dia berkata: “wahai Al Imam, aku berjima’ dengan istriku di siang hari bulan Ramadhan, apa yang harusn aku lakukan?”, maka Al Imam berkata : “berpuasalah 2 bulan berturut-turut, dan jika terputus sehari saja maka harus diulang kembali dari awal”, maka orang itu berkata : “tidak ada yang lain kah”, Al Imam menjawab : “tidak ada”. Kemudian datang seorang miskin dan bertanya : “wahai Al imam, aku berjima’ dengan istriku di siang hari bulan Ramadhan, apa yang harus aku perbuat?” Al Imam menjawab : “berilah makan 60 orang miskin”, orang itu berkata : “ tidak ada yang lainkah wahai Al Imam?”, Al Imam Syafi’I menjawab : “tidak ada”. Maka muridnya bertanya : “ wahai Al Imam mengapa engkau katakan demikian kepada orang yang bertanya, padahal memberi makan 60 orang miskin atau berpuasa 2 bulan berturut-turut keduanya bisa dilakukan?!”, maka Al Imam berkata : “karena orang yang pertama adalah orang yang kaya raya, jika dikatakan kepadanya agar memberi makan 60 orang miskin maka bisa jadi ia akan berkumpul dengan istrinya setiap hari di siang bulan ramadhan, dan orang yang kedua karena dia orang miskin jika disuruh puasa maka hal itu sangat mudah baginya karena ia telah terbiasa dengan keadaan lapar setiap harinya, maka disuruh agar memberi makan 60 orang miskin, dan hal ini sulit baginya namun supaya tidak diulanginya lagi perbuatan itu”. Demikian fatwa Al Imam Syafi’I, maka Al Imam mengatakan bahwa bacaan Al qur’an tidak sampai kepada yang wafat, karena orang-orang kaya yang di masa itu jauh hari sebelum mereka wafat, mereka akan membayar orang-orang agar jika ia telah wafat mereka menghatamkan Al qur’an berkali-kali dan pahalanya untuknya, maka Al Imam Syafi’I mengatakan bahwa pahala bacaan Al qur’an tidak bisa sampai kepada yang wafat. Selanjutnya kita lihat fatwa murid beliau Al Imam An Nawawi Ar, dimana sanadnya bersambung kepada Al Imam Syafii, beliau menjelaskan bahwa jumhur madzhab mengatakan bahwa seluruh amal pahala yang dikirimkan kepada yang wafat akan sampai, walaupun yang masyhur dalam madzhab syafii bahwa bacaan Al qur’an jika dikirimkan kepada yang wafat maka tidak akan sampai namun yang lebih shahih adalah sampainya pahala bacaan tersebut kepada yang wafat, maka kita memilih pendapat yang lebih shahih, demikian yang telah dijelaskan oleh Al Imam An Nawawi Ar, maka jelaslah bahwa seluruh amal pahala yang dikirimkan untuk yang telah wafat akan sampai. Hadirin hadirat, Al Imam Ibn Abbas bin Ishaq As Tsaqafi menyembelih 12.000 ekor kambing dan pahalanya dihadiahkan untuk rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau menghatakamkan Al qur’an 12.000 kali dan pahalanya untuk rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian beliau melakukan 7 kali ibadah haji, satu kali untuk dirinya sendiri, 2 kali untuk ayah ibunya dan sisanya dihadiahkan untuk rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan yang pertama kali memplopori perbuatan ini adalah rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, disebutkan dalam riwayat Shahih Muslim ketika beliau menyembelih hewan qurban, beliau berkata :
اَللّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْ مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ وَمِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ
" Ya Allah terimalah (qurban) ini dari Muhammad dan keluarga Muhammad dan dari ummat Muhammad"
Dikatakan oleh Al Imam Nawawi terdapat 2 pendapat tentang hal ini, yang pertama bahwa semua ummat nabi Muhammad mendapatkan pahala qurban rasulullah di saat itu, dan pendapat yang kedua mengatakan bahwa ummat nabi Muhammad yang tidak mampu berqurban saja maka mereka mendapatkan pahala dari qurban rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Hadirin hadirat, pengiriman amal ini sering terjadi bahkan kepada yang masih hidup, terdapat dalam riwayat Shahih Al Bukhari dan Shahih Muslim dimana seseorang bertanya kepada Rasulullah : “wahai rasulullah, ayahku sudah sangat tua dan tidak mampu untuk berangkat melakukan ibadah haji, maka bolehkah aku haji untuknya?” maka rasulullah mengatakan boleh. Bahkan rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menghadiahkan pahala yang sangat luhur kepada sayyidina Utsman bin Affan Ra yang disaat itu beliau tidak hadir di perang Badr Al Kubra karena istriya di saat itu sedang sakit, dimana istrinya adalah putri rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka sayyidina Utsman bin Affan bertanya kepada rasulullah apakah beliau berangkat perang atau tidak, maka Rasulullah memerintahkannya untuk menjaga istrinya dan tidak ikut dalam perang Badr, berangkatlah rasulullah bersama kaum muhajirin dan anshar menuju Badr, dan setelah selesai perang Badr sayyidina Utsman bin Affan berkata kepada rasulullah : “wahai rasulullah, semua orang mendapatkan pahala perang Badr namun aku tidak mendapatkannya karena aku tidak hadir di perang Badr karena menjaga putrimu yang sedang sakit”, maka Rasulullah berkata : “ bagimu pahala perang Badr wahai Utsman”. Begitu juga dalam Bai’at Ar Ridwan, dimana di saat itu sayyidina Utsman juga tidak hadir maka rasulullah menjulurkan tangannya dan berkata : “tangan ini yang mewakili Utsman bin Affan”, sayyidina Utsman tidak hadir namun pahalanya sampai kepada beliau. Kita semua mencintai ahlu Al Badr, dan rasulullah bersabda :
اَلْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ
“Seseorang bersama dengan orang yang ia cintai”
Semoga kita semua bersama ahlu Al Badr, amin. Mencintai dan dicintai imam ahlu al badr, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka perbanyaklah amal pahala untuk kita dan perbanyak pula mengirimkan amal pahala untuk yang telah wafat, mungkin ayah bunda kita, keluarga dan kerabat kita, atau untuk kekasih kita yang sangat kita cintai, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Lalu amal pahala kita bagaimana, jika kita mengirimkan amal pahala kepada yang telah wafat?, amal pahala kita tidak berkurang, jangan disangka jika kita membaca surah Yaasin dan pahalanya dikirimkan untuk yang telah wafat misalnya, maka kita tetap mendapatkan pahalanya juga karena telah membacanya, tidak seperti mentransfer uang, dimana kalau kita mentransfer uang kepada orang lain maka uang kita akan berkurang, namun jika amal pahala yang kita kirimkan kepada orang lain maka kita pun akan tetap mendapatkan pahalanya, karena telah diaminkan oleh malaikat yang berkata : “amin, dan bagimu seperti yang kau doakan untuk saudaramu”, dan terlebih lagi jika pahalanya dikirimkan kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka perbanyaklah shalawat dan salam kepada Rasulullah sebagai hadiah kita untuk nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan semua amal pahala ummat ini hakikatnya adalah hadiah untuk sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, karena setiap orang yang mengajarkan kebaikan akan kebagian pahalanya juga, dan siapa yang memulai segala ajaran mulia ini?, beliau adalah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau mendapatkan pula amal pahala dari ummatnya shallallahu ‘alaihi wasallam tanpa mengurangi pahala ummatnya, namun semua itu akan beliau kembalikan lagi kepada ummatnya di hari kiamat dengan syafaatnya yang agung. Kelak semua ummat akan disyafaati oleh rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, para nabi dan rasul, wali-wali Allah, para shalihin dan syuhada’, kesemuanya akan disyafaati oleh sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Bahkan orang yang di surga pun akan disyafaati oleh rasulullah agar mendapatkan derajat yang lebih tinggi lagi, sehingga ia bisa mensyafaati orang lain yang pendosa dari para kerabat, keluarga atau temannya. Saat itu hak syafaat dibagi-bagikan, dimana Allah berikan izin pertama kali untuk memberi syafaat adalah rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian rasulullah membagikan hak syafaat itu kepada para nabi, rasul, dan para shalihin sehingga kemudian mereka membagikannya kepada yang lain.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Semoga rahasia keluhuran selalu terlimpah kepada kita, amin. Satu hal yang perlu saya jawab tentang pertanyaan bagaimana hukumnya daulah islamiyah?, kata-kata daulah islamiyyah tidak pernah ada dalam Islam, Daulah artinya negara, sedangkan Islam tidak pernah bernegara, yang ada adalah khilafah islamiyyah. Dari zaman rasulullah tidak pernah ada yang namanya Negara Islam Madinah atau Makkah atau yang lainnya, jadi jika ada yang membicarakan masalah “Daulah Islamiyah”, maka dari awal ucapannya saja salah maka terlebih lagi kedalamnya, jika mau ditelusuri lebih dalam maka akan banyak kita temui bahwa mereka belum memahami Islam dengan baik dan sempurna, karena daulah islamiyyah tidak pernah ada dalam sejarah Islam yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Abdullah bin Ubay bin Salul pembesar munafiq di Madinah dan tetap memimpin Madinah, namun Rasulullah tetap tidak memberontak untuk menjatuhkan kekuasaan Abdullah bin Salul, padahal dia adalah pimpinan munafik yang paling jahat di Madinah, dimana semua rahasia Islam disampaikan kepada kuffar quraisy, namun ia mengaku muslim agar tidak dibunuh dan rasulullah tetap tidak menjatuhkan kekuasaannya, padahal yang benar adalah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana yang telah difirmankan Allah :

وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَآَمَنُوا بِمَا نُزِّلَ عَلَى مُحَمَّدٍ وَهُوَ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ كَفَّرَ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَأَصْلَحَ بَالَهُمْ
( محمد : 2 )
“Dan orang-orang mu'min dan beramal soleh serta beriman kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan itulah yang haq dari Tuhan mereka, Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka” ( QS. Muhammad : 2 )
Namun pemimpin-pemimpin kita Alhamdulillah tidak ada yang melarang kita melakukan shalat atau puasa, tidak ada yang mencelakakan orang islam dan para ulama’. Maka jangan mudah tertipu atau terprovokasi dengan hal-hal yang bisa memicu buruknya citra baik nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Islam adalah agama yang damai dan tidak pernah mencari musuh dan tidak pula suka bermusuhan, tidak suka mencari-cari aib orang lain apalagi aib pemimpin, namun Islam juga tidak akan pernah lari atu mundur dari musuh, Islam buka agama penakut, Islam tidak akan lari karena semburan air, karena muslimin yang kuat imannya dan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya peluru pun akan dikejar, bukan dengan emosi, jika marah karena emosi maka disiram air saja akan lari, dan jika dengan iman yang kuat jangankan semprotan air, peluru pun akan dihadapi. Disini harus kita memahami kemuliaan firman Allah :
إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِيْنَ
( البقرة : 153 )
“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bersabar ” ( QS. Al Baqarah : 153 )
Maksudnya adalah Allah akan menolong orang-orang yang sabar, namun jika selalu mengandalkan emosi maka yang menjadi penolong adalah syaitan. Sebagaimana perang Badr Al Kubra terjadi di bulan Ramadhan, Fath Makkah terjadi pada bulan Ramadhan, dan Kemerdekaan RI pun terjadi pada bulan Ramadhan, di bulan Ramadhan justru mendapatkan kemenangan padahal keadaan fisik mereka lemah karena dalam keadaan berpuasa, namun karena mereka hadapi dengan iman dan kesabaran maka Allah yang menjadi penolong mereka. Semoga Allah subhanahu wata’ala semakin memakmurkan ajaran dan tuntunan yang benar dengan munculnya sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang dengan itu Allah akan memakmurkan kita, bangsa kita, kota kita, dilimpahi kedamaian, dijauhkan dari musibah. Ya Rahman Ya Rahim, ribuan musibah yang akan menimpa kami, sebelum musibah itu turun maka jauhkan dan hindarkanlah dari kami, siapa yang bisa menahan semua ini selain Engkau wahai Rabbi, siapa yang bisa merubah semua ini selain nama-Mu yang Maha Luhur Ya Allah.
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله...يَا الله... ياَ الله... ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا اللهُ رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ


Peduli Acara MAJELIS RASULULLAH SAW Bank syariah mandiri 061-7121-494 a/n Munzir Almusawa_______Majelis Nisa di seketariat MAJELIS RASULULLAH SAW, setiap hari minggu pkl 14.00 WIB s/d selesai. Tausiah akan disampaikan langsung oleh AL ALAMAH ALHABIB MUNZIR BIN FUAD ALMUSAWA. majelis kusus nisa/WANITA
Related Posts with Thumbnails
Twitter Delicious Facebook Digg Favorites More